Mutiara Pariwista

by A.Alexander Mering

Nasib pariwisata Kalbar bisa diibaratkan mutiara di dalam lumpur. Keindahan yang belum terungkap, pesona yang belum tersingkap.
Sehingga potensi ini belum bisa dijadikan andalan pariwisata bagian Borneo Barat. Padahal siapa yang dapat menyangkal keunikan dan keindahan Danau Sentarum, lalu keunikan Taman Nasional Betung Kerihun, Taman Nasional Bukit Baka dan Bukit Raya, Taman Nasional Gunung Palung? Lengkap dengan keunikan flora dan faunanya yang langka maupun endemik. Belum lagi wisata sejarah di pulau ini yang luar biasa, misalnya sejarah kerajaan Hindu Tua abat ke 11 di Ketapang, sejarah republik tertua di nusantara abad 17. Beragam Budaya dan religi di dalamnya. Terlalu banyak kelebihan dan keunikan yang jika dideretkan akan menjadi daftar panjang yang seharusnya bisa ‘dijual kepada’ mata dunia. Tetapi sungguh aneh jika semua asset wisata ini tidak dapat di jual dan dinikmati turis serta mendatangkan devisa bagi kita.
Sepintas pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Demikian definisi pariwisata yang dibuat oleh Organisasi Pariwisata Dunia.
Lengkapnya turisme adalah industri jasa. Termasuk di dalamnya yang menangani jasa, mulai dari transportasi; jasa keramahan - tempat tinggal, makanan, minuman; dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya. Wikipidia mencatat banyak negara, bergantung dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa. Wajar jika juga menjadi satu strategi Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata.
Jika melihat cakupan yang begitu luas, maka hal-hal di atas hanyalah tuas pengungkit. Sesuatu yang jika dikemas akan memberikan dampak ke hampir seluruh aspek.
Masalahnya sampai saat ini pemerintah sebagai salah satu tuas pengungkit belum serius menjalankan perannya.
Kita kalah dari Malaysia. Mereka sangat agresif dan sadar betul akan potensi kepariwisataan dalam mengisi pundi-pundi negara dan rakyatnya. Dalam iklan pariwisatanya mereka bahkan berani mengklaim dirinyalah yang sungguh-sungguh Asia. “Malaysia truly Asia,” kata iklannya. Ini sangat provokatif ! TV dan Koran internasional menayangkannya. Di internet iklannya bejibun, lihat saja di www.youtube.com dan di situs resmi kementrian pariwisatanya. Saking telajak-lajak kesenian Reok Ponorogo pun nyaris dipatenkannya. Dari pulau hingga kesenian Indonesia pun pun ‘dicaploknya.’
Sementara kita? Lihat saja situs resmi pariwisata Indonesia! Lihat saja iklannya yang diputar di TV dan di internet. Nyaris tanpa darah. Seperti ingin bilang ,“Mau datang, datanglah, ndak pun terserah!” Tidak seserius!
Jika demikian, kita tak bisa lagi menunggu. Sebelum mutiara itu dicaplok orang, maka pakailah segala kemapuan, segenap kesaktian, keahlian untuk menjadikan mutiara pariwiwata kita sebagai asset yang tidak saja laku dijual kepada turis, tetapi juga meningkatkan marwah semua manusia di Borneo Barat ini. * (publish in Borneo Tribune, 26 Pebruari 2009)
Next Post Previous Post