Natal Ayah 2010

Natal kali ini pun ayah tidak bisa pulang. Mungkin ia terlalu sibuk berperang dan bergerilia, menuruni ngarai, melintasi bukit dan hutan belantara. 

Atau mungkin saja ia sudah mati dalam pengembaraannya di peta buta. Karena tiada yang benar-benar pernah bertemu ayah sejak setahun lalu. Seperti tak satu pun diantara kami anaknya tahu apa pekerjaan ayah sebenarnya.

Sebuah kabar burung yang entah datang dari mana mengatakan ayah kini tengah sibuk membuat pohon natal dari tulang belulang para pahlawan yang dibunuhnya.  

Natal tahun sebelumnya ayah hanya mengirim sepucuk surat kepada ibu, yang ditulis dengan penis seorang pahlawan yang berdarah-darah setelah disiksanya.

Tapi sebenarnya siapakah yang pernah berharap suatu hari kelak ayah pulang? Bahkan tidak juga kami, anak-anaknya.  Sudah lama sekali, sejak ayah pergi kami tidak lagi mengingat ayah. Kecuali sesekali beberapa orang tua di kedai tuak, menceritakan tentang kebiadabannya.

Karena itu, memanglah tiada lagi yang berharap ayah mengirimkan kabar, kecuali sekadar gosip murah yang sesekali dibicarakan. Aku kira bahkan tak ada yang menginginkan ayah ada dalam sebuah sejarah.





Kedai Tuak, 25 Desember Natal 2010
Next Post Previous Post