Nisanak Oax

Oax. Sumber:http://yulio-ageng.blogspot.com
By Wisnu Pamungkas

Akhirnya aku duduk di sini, di antara pohon oax dan kepak burung jalak, di sebuah taman yang hanya mungkin kita bayangkan 2 tahun silam, ketika kita sedang duduk di sepasang kursi reot penjual skoteng, di samping masjid, pada sebuah kota yang memikul begitu banyak beban duka, papan iklan, dendam dan semua rasa sakit.

Akhirnya aku berdiri disini, di bawah gerimis dan temaram traffic light dengan secebis rindu kepadamu yang telah habis kubakar di tempat sampah.

Tak banyak yang dapat kuingat lagi tentangmu nisanak, selain keinginan untuk bertualang, memikul ransel, menuju negeri yang kisahnya tak cukup hanya dipelajari dari buku-buku sejarah.

Aku menoleh, menatap menara, batu tua yang menyembunyikan begitu banyak kisah.

Di kota ini, entah mengapa aku teringat lagi padamu, kepada tahun-tahun silam yang telah kiamat, kepada 5 kubah masjid yang kita tatap hampir setiap malam, saat menyerumput semangkuk sekoteng dan bicara tentang cinta paling taik kucing dengan penuh rasa minat.

Washington DC, 26 Mei 2012
Next Post Previous Post