Tugu pancoran, Jakarta Selatan, Photo by Mering |
Di perempatan lampu merah pancoran, seorang bocah (pedagang asongan) dengan mata yang masih mengantuk berteriak-teriak menawarkan dagangannya.
“Bahagia, bahagia, seribu tiga!”
Merasa ada sesuatu yang salah, aku lantas menepikan motor dan menghampiri sang bocah. Tapi pedagang cilik itu terus saja asyik berteriak tanpa mempedulikan aku.
“Bahagia, bahagia, seribu tiga!”
Sementara para pengendara dan orang-orang hanya lalu lalang, dan melintas saja tanpa satu pun ada yang membeli. Apakah karena jakarta masih terlalu pagi, ya?
Karena penasaran aku mendekat dan melongok ke dalam keranjang dagangannya. Dari dalamnya, tersembul beberapa potong Tahi Kucing Kering*) yang tampak baru dan masih hangat.
“Bahagia, bahagia, pala lu!” makiku marah.
Jakarta, 11 Juni 2019
________________
*) Dikutip dari Sajak berjudul Tahi Kucing Kering oleh Wisnu Pamungkas