by Wisnu Pamungkas
Kita hanyalah komplotan
yang melahirkan lutung dan penjara
bayi-bayi kesepian, Tuhan dan Kereta. Mereka akan datang juga kan?
berkali-kali 17 @gustus, negeri ini masih begitu-begitu saja
bergumul dengan kemiskinan dan air mata
menjadi ritual moral dalam khayalan para pahlawan di buku-buku sejarah
nabi di sebuah negeri yang sakit-sakitan
Dan kita hanyalah komplotan
dracula yang memamah begitu banyak darah tanda tangan
klandestin yang sakau oleh serbuk kemenyan,
oleh kembang dan bilur daun nyiur
di atas dunia kita tak bisa lagi melihat sperma bukan? Kecuali berkhayal tentang sebuah kapal selam yang bisa terbang, menjemput Nek Sikuluk*) ke bulan.
Kecuali memencet tombol telepon genggam dan berkata: selamat pagi jahanam!
Kita hanyalah komplotan,
Yang tidak lagi tunduk pada hukum waktu dan bisa minta apa saja kepada surga.
kita tidak punya tabungan di sana, sebab begitu terlahir negara telah menjadi maha kuasa
Beginilah komplotan
Perampok tanpa golok, pemalak yang jinak pada anak-anak
garong yang menulis biografinya menjadi mata uang
beternak kemaluan di hotel berbintang
sementara jelata begitu bangga menyambut ulang tahun negara
dengan sepeda hias, goyang dangdut dan panjat pinang
Atas nama bangsa komplotan
Preambul mantra kemerdekaan
Negeri yang tiap hari kesurupan
Kampung Melayu, 17 Agustus 2005
*) Tokoh mitology Dayak Salako, yang konon tinggal di bulan
Kita hanyalah komplotan
yang melahirkan lutung dan penjara
bayi-bayi kesepian, Tuhan dan Kereta. Mereka akan datang juga kan?
berkali-kali 17 @gustus, negeri ini masih begitu-begitu saja
bergumul dengan kemiskinan dan air mata
menjadi ritual moral dalam khayalan para pahlawan di buku-buku sejarah
nabi di sebuah negeri yang sakit-sakitan
Dan kita hanyalah komplotan
dracula yang memamah begitu banyak darah tanda tangan
klandestin yang sakau oleh serbuk kemenyan,
oleh kembang dan bilur daun nyiur
di atas dunia kita tak bisa lagi melihat sperma bukan? Kecuali berkhayal tentang sebuah kapal selam yang bisa terbang, menjemput Nek Sikuluk*) ke bulan.
Kecuali memencet tombol telepon genggam dan berkata: selamat pagi jahanam!
Kita hanyalah komplotan,
Yang tidak lagi tunduk pada hukum waktu dan bisa minta apa saja kepada surga.
kita tidak punya tabungan di sana, sebab begitu terlahir negara telah menjadi maha kuasa
Beginilah komplotan
Perampok tanpa golok, pemalak yang jinak pada anak-anak
garong yang menulis biografinya menjadi mata uang
beternak kemaluan di hotel berbintang
sementara jelata begitu bangga menyambut ulang tahun negara
dengan sepeda hias, goyang dangdut dan panjat pinang
Atas nama bangsa komplotan
Preambul mantra kemerdekaan
Negeri yang tiap hari kesurupan
Kampung Melayu, 17 Agustus 2005
*) Tokoh mitology Dayak Salako, yang konon tinggal di bulan