Langit dan bumi Sumba Timur pada bulan April 2016- Photo by Mering |
By Wisnu
Pamungkas
Sudah
seribu tahun, sudah seribu tahun lamanya,
ayah
mengembara, menyeret-nyeret peti matinya sendiri berkeliling semesta
(Ayah menembus lukisan padang rumput, ngarai batu kapur di bawah senja)
(Ayah menembus lukisan padang rumput, ngarai batu kapur di bawah senja)
Konon
ayah pergi menunggang angin, diiringi hamyang
dan sisa
bintang, gemuruh tetabuh dan gendang duka,
Ketika batu
kubur para leluhur tertutup taikabala
upacara pun dimulai, takdir membuka pintu,
tempat
ayah bertemu ibu dan para wunang,
tapi
ayah memilih pergi,
terus-menerus
menyeret kerandanya sendiri
dengan
perahu dari desa ke desa yang sunyi
Sudah
seribu tahun ibu marapu dalam syair
bisu
menanti
ayah yang tak kungjung kembali
:mungkin mahamayang pun tahu,
kalau sesungguhnya ibu masih mencintai ayah
Sudah
seribu tahun, sudah seribu tahun ayah mengembara,
menyeret-nyeret sebuah kerandanya, menulis sajak lara
di antara
mitos keramat dan jimat-jimat Sumba
Mauramba,
24 April 2015
Copyright © Alexander Mering