By Wisnu Pamungkas
Ketika ayah diminta menyerah, dia membujuk enggang
membawanya terbang
Sebab elang ciptaannya telah menjelma garuda tunggangan
para perompak
Ia juga tak percaya ibu, karena surat cinta mereka telah
lama menjadi abu
Dan anak-anak tersesat di bangku sekolah
Tapi kemanakah ayah bisa minggat dari waktu
Bahkan langit yang digambarnya untuk ibu, menghunus cakar
Menjadi belati yang berkilat-kilat mengincar leher ayah
Celakanya mereka menyebutnya cinta, untuk menyembunyikan
dosa
Ketika cakarnya mencabik-cabik ayah di tiap lembar buku
sejarah negara
Ketika ditangkap mentri pertahanan, ayah hanya bisa
memejamkan mata
Sepertiga garuda telah hangus di negeri rakus,
dan ayah dipenjara karena sejarah
Tuntas sudah sandiwara ibu,
saat para lanun menyerbunya ke atas ranjang
dan ayah dipenjara karena sejarah
Tuntas sudah sandiwara ibu,
saat para lanun menyerbunya ke atas ranjang
mengokang syahwat paling nasionalis di luar nikah
Setelah sisa sepertiga garuda
anak-anak mulai belajar memahat sajak
Tungkai enggang yang mengepakan sayap
dengan atau tanpa rahim ibu yang dibuahi sumpah
Jakarta, 11 September 2015
Copyright © Alexander Mering