Dukun digital

By: Wisnu Pamungkas

Perawakannya atletis. Kalau dua hari saja jambang dan kumisnya tak dicukur, Anda akan melihatnya sangat macho. Kemana-mana selalu mengenakan kaos oblong, celana jins belel dan jaket. Rambut sebahu, mirip penyanyi rock.

Jangan berharap Anda menemukan ranselnya berisi keris atau berkilo-kilo menyan seperti paranormal abad 20. Jika bukan seperangkat compac disk, pasti laptop. Maklum, dia paling tak bisa dilepaskan dengan browsing atau searching di internet.

"Lebih baik putus cinta dari pada putus internet.," Begitu salah satu semboyang sang dukun yang belakangan sudah dijadikan mantra sekaligus fatwa oleh para penggemarnya.

Nah, kalau lagi senggang, doi biasanya mojok di caffe untuk chating atau sekedar mengunjungi beberapa situs porno.
"Tapi nggak sering-seringlah, cuma iseng kok, he..he..," katanya sambil nyengir.

Ohya ada satu lagi yang khas. Kalau kita berpas-pasan dengannya di jalan, udara di sekitar langsung semerbak, harum oleh deodorant bercampur Tommy Hilfiger made in Paris. Coba anda bayangkan jika anda berada dalam satu ruangan denganya. Mungkin anda tak perlu menyemprotkan pewangi ruangan.

Kacamata rayban coklat selalu bertengger di hidung. Terutama ketika dia sedang mengendarai sepeda motor besar. Penampilannya mengingatkan kita pada sosok Sylvester Stallone dalam film Cobra tahun 80-an. Di pinggang kiri, bergantung HP komunikator edisi teranyar. Namanya juga dukun gaul.

Coba tengok di ruang tunggu praktiknya. Tak Cuma para pasien yang datang, pengemarnya pun berbondong-bondong bertandang walau hanya mengantarkan seikat kembang atawa sekadar mengucapkan salam. Ia tak ubahnya seorang selebriti. Konon kabarnya para selebriti pun banyak yang mengidolakan sang dukun yang tahun ini umurnya genap 40 tahun.

Pontianak, 2 April 2007
Next Post Previous Post