By Wisnu Pamungkas
Sepasang sepanduk promosi olie yang tergantung di depan bengkel sepeda motor itu menggelepar-gelepar ditampar hujan yang mengamuk sejak siang tadi. Tapi tak seorang pun mendengar teriak kepanikan mereka. Beberapa sudut kain tampak mulai robek diganyang angin kemarin, tapi mereka masih disitu untuk menggenapi takdirnya.
Aku yang berteduh di bawah tuturan atap bengkel, tak jauh dari spanduk lusuh itu menjadi serba salah. Sesekali tengadah dan mulai tergoda untuk menyelamatkan mereka dari cuaca. Padahal diriku sendiri sedang berdarah-darah menahan beribu-ribu luka.
Tanjung Hulu 3 April 2006
Sepasang sepanduk promosi olie yang tergantung di depan bengkel sepeda motor itu menggelepar-gelepar ditampar hujan yang mengamuk sejak siang tadi. Tapi tak seorang pun mendengar teriak kepanikan mereka. Beberapa sudut kain tampak mulai robek diganyang angin kemarin, tapi mereka masih disitu untuk menggenapi takdirnya.
Aku yang berteduh di bawah tuturan atap bengkel, tak jauh dari spanduk lusuh itu menjadi serba salah. Sesekali tengadah dan mulai tergoda untuk menyelamatkan mereka dari cuaca. Padahal diriku sendiri sedang berdarah-darah menahan beribu-ribu luka.
Tanjung Hulu 3 April 2006