by Wisnu Pamungkas
Ketika dunia tak punya mata
maka kitalah yang harus melihat kehidupan
ketika kita tak punya telinga
maka jiwa kitalah yang harus mendengarkan cinta
Ketika indra menolak kita untuk merasakan apa-apa
maka biarlah kita hidup dalam keheningan
akal menterjemahkan jagad, bicara pada benda-benda
kepada kepasrahan yang ditakdirkan menjaga jiwa
kepada bukit batu seribu rimba
kepada bintang dan binatang jalang
kepada pucuk-pucuk dan gua-gua
Ketika mata tak punya siapa-siapa
raga-raga tak punya jiwa
hidup melesat ke udara
maka keheningan akan lebih sempurna
kehidupan tak lagi butuh tanda tangan
kecuali cuca dan doa-doa
Lorong Pontianak, 30 Mei 2007
Ketika dunia tak punya mata
maka kitalah yang harus melihat kehidupan
ketika kita tak punya telinga
maka jiwa kitalah yang harus mendengarkan cinta
Ketika indra menolak kita untuk merasakan apa-apa
maka biarlah kita hidup dalam keheningan
akal menterjemahkan jagad, bicara pada benda-benda
kepada kepasrahan yang ditakdirkan menjaga jiwa
kepada bukit batu seribu rimba
kepada bintang dan binatang jalang
kepada pucuk-pucuk dan gua-gua
Ketika mata tak punya siapa-siapa
raga-raga tak punya jiwa
hidup melesat ke udara
maka keheningan akan lebih sempurna
kehidupan tak lagi butuh tanda tangan
kecuali cuca dan doa-doa
Lorong Pontianak, 30 Mei 2007