by Wisnu Pamungkas
Bila dua orang guru itu bertanya, Dada:
_apakah kamu pikir negara ini akan berhenti
bila tidak memiliki lambang apa-apa,_barangkali
kamu hanya perlu melaut, atau barangkali kamu
Cuma ingin menjelaskan bahwa indonesia ini sudah
Terlalu capek; perahu dengan sebuah tiang
Yang telah berusia lebih dari lima puluh,
Barangkali kamu tengah mencoba menjadi seorang
Nahkoda yang baik meskipun sangat letih dan
Dalam keadaan terjebak pada ruangan ini,
Dan dua orang guru itu terus mendesaku
Ketengah pusaran air yang aneh, tapi tentu
Mereka juga adalah penumpang-penumpang yang baik.
Bila dua orang guru itu bertanya lagi, Dada.
Kamu harus yakin bahwa di luar sana tentu
Saja masih ada camar, masih ada angin bersalin,_bukan hanya garuda, bukan
Hanya ada kamu dada, yang telah berjanji
Memungut tulisan kecil ini dengan paruh
Dan suara;_heh, lihatlah dua orang guru itu berseru-seru; Indonesia!
Indonesia!
Dari anjungan seorang guru yang lain
Melemparkan sebuah jala,_haruskah engkau
Terpesona dada?
Barangkali kamu cuma perlu bercerita dada,
Bahwa suatu saat nanti, seekor burung raksasa
Telah di keringkan, di jadikan tugu, dijadikan
Jaket, tas sekolah, dipajang di halte bus,
di rumah sakit, di kantor, di mana saja
seperti yang kita lihat. Barangkali
ini memang hanya cerita dada, tapi begitulah
nasibnya bila kamu sendiri tidak pernah pulang
meletakan lambang itu di dada sebelah kanannya
(Indonesia) ya, Indonesia, Dada. Dan kamu
harus minta maaf karena itu, pada Indonesia
Kampus Untan, 20 Januari 1997
Bila dua orang guru itu bertanya, Dada:
_apakah kamu pikir negara ini akan berhenti
bila tidak memiliki lambang apa-apa,_barangkali
kamu hanya perlu melaut, atau barangkali kamu
Cuma ingin menjelaskan bahwa indonesia ini sudah
Terlalu capek; perahu dengan sebuah tiang
Yang telah berusia lebih dari lima puluh,
Barangkali kamu tengah mencoba menjadi seorang
Nahkoda yang baik meskipun sangat letih dan
Dalam keadaan terjebak pada ruangan ini,
Dan dua orang guru itu terus mendesaku
Ketengah pusaran air yang aneh, tapi tentu
Mereka juga adalah penumpang-penumpang yang baik.
Bila dua orang guru itu bertanya lagi, Dada.
Kamu harus yakin bahwa di luar sana tentu
Saja masih ada camar, masih ada angin bersalin,_bukan hanya garuda, bukan
Hanya ada kamu dada, yang telah berjanji
Memungut tulisan kecil ini dengan paruh
Dan suara;_heh, lihatlah dua orang guru itu berseru-seru; Indonesia!
Indonesia!
Dari anjungan seorang guru yang lain
Melemparkan sebuah jala,_haruskah engkau
Terpesona dada?
Barangkali kamu cuma perlu bercerita dada,
Bahwa suatu saat nanti, seekor burung raksasa
Telah di keringkan, di jadikan tugu, dijadikan
Jaket, tas sekolah, dipajang di halte bus,
di rumah sakit, di kantor, di mana saja
seperti yang kita lihat. Barangkali
ini memang hanya cerita dada, tapi begitulah
nasibnya bila kamu sendiri tidak pernah pulang
meletakan lambang itu di dada sebelah kanannya
(Indonesia) ya, Indonesia, Dada. Dan kamu
harus minta maaf karena itu, pada Indonesia
Kampus Untan, 20 Januari 1997