by Wisnu Pamungkas
Setiap kali aku menulis sajak tentang kamu Lidia,
Aku merasa seperti tengah mengunyah bunga,
Menelan taman-taman dengan rahang kata;
Katakanlah aku tidak tengah lapar, katakan itu.
Tidak apa-apa, ditaman itu selalu saja aku ingin menulis
Surat. Surat yang mengisahkan tentang dunia dan aku ingin
Basah. Ingin hanyut beberapa saat, di situ; ada sungai
Kecil, angin berhembus serta gerimis kecil yang
Meriap-riap lembut (bagai di surga saja)
Selalu begitu dan aku membacanya kembali
Menjadi semacam taman yang penuh diri kita sendiri
Asrama sintang, 29 Oktober 1996
Setiap kali aku menulis sajak tentang kamu Lidia,
Aku merasa seperti tengah mengunyah bunga,
Menelan taman-taman dengan rahang kata;
Katakanlah aku tidak tengah lapar, katakan itu.
Tidak apa-apa, ditaman itu selalu saja aku ingin menulis
Surat. Surat yang mengisahkan tentang dunia dan aku ingin
Basah. Ingin hanyut beberapa saat, di situ; ada sungai
Kecil, angin berhembus serta gerimis kecil yang
Meriap-riap lembut (bagai di surga saja)
Selalu begitu dan aku membacanya kembali
Menjadi semacam taman yang penuh diri kita sendiri
Asrama sintang, 29 Oktober 1996