by Wisnu Pamungkas
Lidia seandainya kita ke station itu, engkau pasti
Berangkat lagi, meninggalkan aku lagi,
Porselen pecah itu, di kota itu. Di station suatu hari
Ketika aku masih tak tahan sendiri. Menjadi
Tangan yang harus melambai-lambai, jatuh
Bangun sendiri. Berharap suatu hari kelak
Engkau kembali dengan kereta pertama yang
Berhenti, dan kita akan menjadi
Diri kita kembali. Biar aku tidak usah menggigil
Lagi mendengar lengguh kereta itu pergi.
Biar aku tidak usah berkata-kata dan menulis
Sajak lagi tentang ini. (karena aku sudah letih sekali)
Baning, 26 Oktober 1996
Lidia seandainya kita ke station itu, engkau pasti
Berangkat lagi, meninggalkan aku lagi,
Porselen pecah itu, di kota itu. Di station suatu hari
Ketika aku masih tak tahan sendiri. Menjadi
Tangan yang harus melambai-lambai, jatuh
Bangun sendiri. Berharap suatu hari kelak
Engkau kembali dengan kereta pertama yang
Berhenti, dan kita akan menjadi
Diri kita kembali. Biar aku tidak usah menggigil
Lagi mendengar lengguh kereta itu pergi.
Biar aku tidak usah berkata-kata dan menulis
Sajak lagi tentang ini. (karena aku sudah letih sekali)
Baning, 26 Oktober 1996