by Wisnu Pamungkas
Ketika aku ingin menulis sajak tentang kamu,
Aku tahu kamu sedang menjadi burung, bukan?
Kamu sedang menginap di sebuah losmen dekat
Gereja itu, bukan?
Sedang tertawa-tawa, bukan?
Menjadi angin yang riang-riang, bukan?
Ah, tentu, tentu apa kabarmu gadisku?
Yang terpelanting dari waktu ke waktu
(kamu pernah bilang bahwa selalu saja kita meledak
menjadi bom, menjadi meriam dan dan menjadi apa saja
seperti yang pernah dan yang masih ingin kita pikirkan kelak)
suatu hari nanti.
Ketika aku ingin menulis sajak tentang kamu dan
Kamu pun ingin menulis sajak tentang aku
Mungkin kita telah sama-sama luluh-lantak
Pontianak, 8 November 1996
Ketika aku ingin menulis sajak tentang kamu,
Aku tahu kamu sedang menjadi burung, bukan?
Kamu sedang menginap di sebuah losmen dekat
Gereja itu, bukan?
Sedang tertawa-tawa, bukan?
Menjadi angin yang riang-riang, bukan?
Ah, tentu, tentu apa kabarmu gadisku?
Yang terpelanting dari waktu ke waktu
(kamu pernah bilang bahwa selalu saja kita meledak
menjadi bom, menjadi meriam dan dan menjadi apa saja
seperti yang pernah dan yang masih ingin kita pikirkan kelak)
suatu hari nanti.
Ketika aku ingin menulis sajak tentang kamu dan
Kamu pun ingin menulis sajak tentang aku
Mungkin kita telah sama-sama luluh-lantak
Pontianak, 8 November 1996