by Wisnu Pamungkas
Ingin mengatakan apakah kamu kepada besi tua
yang memar. Pada logam-logam dingin yang berderak
dalam dadanya. Tubuhnya yang setiap hari berpijar
di hantam beratus-ratus bidikan mata, membelah kepalanya
yang selalu saja bunting oleh bermacam-macam fikiran dan cinta.
Ingin mengatakan apakah kamu kepada air yang bergemericik
jatuh menimpa tangga marmer sepanjang tahun, yang selalu
mengingatkan bau telapaknya atau di mana saja keringat itu pernah
menitik.
(Seperti air matanya di setiap Desember: yang gugur menjadi belati)
Ingin mengatakan apakah, kamu, cinta?
Terminal Sintang, 10 Desember 1997
Ingin mengatakan apakah kamu kepada besi tua
yang memar. Pada logam-logam dingin yang berderak
dalam dadanya. Tubuhnya yang setiap hari berpijar
di hantam beratus-ratus bidikan mata, membelah kepalanya
yang selalu saja bunting oleh bermacam-macam fikiran dan cinta.
Ingin mengatakan apakah kamu kepada air yang bergemericik
jatuh menimpa tangga marmer sepanjang tahun, yang selalu
mengingatkan bau telapaknya atau di mana saja keringat itu pernah
menitik.
(Seperti air matanya di setiap Desember: yang gugur menjadi belati)
Ingin mengatakan apakah, kamu, cinta?
Terminal Sintang, 10 Desember 1997