by Wisnu Pamungkas
Bagaimanakah melepas ingatan, seperti simpul pita di rambut
seorang kawan, menyimpannya di atas lemari dan malam-malam
mengenangnya kembali, di atas seprai, di sofa atau di mana
saja tubuh pernah diletakkan, aku kangen kepada sebuah pengalaman,
memberi harapan-harapan untuk mengulangnya kembali; bangun
pagi-pagi, sarapan, mengenakan pita-pita warna tua, mengangkat
lamunan, kerja seharian atau saat-saat pulang, membuka lemari itu,
menyedot lagi sisa farfum, bergulir kembali menjadi
harapan-harapan yang tumbuh untuk menemukan saat-saat berlibur,
berbaring di situ sambil memandang pita-pita di rambutmu,
di lehermu, di setiap sudut mata, di dada atau di mana saja aku dapat
membayangkan menjadi cinta yang paling jujur.
Bagaimanakah melepaskan ingatan itu menjadi pahlawan?
Baning, 12 November 1997
Bagaimanakah melepas ingatan, seperti simpul pita di rambut
seorang kawan, menyimpannya di atas lemari dan malam-malam
mengenangnya kembali, di atas seprai, di sofa atau di mana
saja tubuh pernah diletakkan, aku kangen kepada sebuah pengalaman,
memberi harapan-harapan untuk mengulangnya kembali; bangun
pagi-pagi, sarapan, mengenakan pita-pita warna tua, mengangkat
lamunan, kerja seharian atau saat-saat pulang, membuka lemari itu,
menyedot lagi sisa farfum, bergulir kembali menjadi
harapan-harapan yang tumbuh untuk menemukan saat-saat berlibur,
berbaring di situ sambil memandang pita-pita di rambutmu,
di lehermu, di setiap sudut mata, di dada atau di mana saja aku dapat
membayangkan menjadi cinta yang paling jujur.
Bagaimanakah melepaskan ingatan itu menjadi pahlawan?
Baning, 12 November 1997