by Wisnu Pamungkas
dengan perempuan yang tidak mau di tebang dengan
angan-angan, bukan cuma cinta bagai hiasan melintang
pada dinding, dadanya, dadanya setiap kali ia merindukan
menterjemahkan waktu, saat-saat ia berlibur_mengenang
hari-hari kosong tak tentu,_(lelaki itu sunyi); melahirkan
jawaban dan teka-teki, lelaki itu kembali menulis
mengirim kerinduan sesekali waktu dengan sajak,
dengan bunga atau apa saja! dengan perempuan itu yang
tak mau di tebang dengan damai, bukan cuma cinta
rindunya pun mengental dalam hening,
jadi semacam perasaan menderita, dia lelaki yang sendu
barangkali terluka tapi ia masih lelaki, lelaki itu
juga dengan perempuan itu satu-satunya
Baning, 6 November 1997
dengan perempuan yang tidak mau di tebang dengan
angan-angan, bukan cuma cinta bagai hiasan melintang
pada dinding, dadanya, dadanya setiap kali ia merindukan
menterjemahkan waktu, saat-saat ia berlibur_mengenang
hari-hari kosong tak tentu,_(lelaki itu sunyi); melahirkan
jawaban dan teka-teki, lelaki itu kembali menulis
mengirim kerinduan sesekali waktu dengan sajak,
dengan bunga atau apa saja! dengan perempuan itu yang
tak mau di tebang dengan damai, bukan cuma cinta
rindunya pun mengental dalam hening,
jadi semacam perasaan menderita, dia lelaki yang sendu
barangkali terluka tapi ia masih lelaki, lelaki itu
juga dengan perempuan itu satu-satunya
Baning, 6 November 1997