Kota kami terdiri dari air, papan iklan dan dendam yang tak pernah punah. Tak satu pun yang benar-benar mencintai sejarah di tempat ini, kecuali para pembual di warung kopi yang memperdebatkan keturunan dan asal-usul yang konon berasal dari negeri antah berantah. Selebihnya adalah sampah!
Beberapa lagi adalah guru sejarah, yang tak pernah menulis apa-apa, kecuali mengajar di depan kelas, mengulang-ulang dongeng dari buku yang penulisnya pun tidak ia kenal.
Aku adalah clandestine, bukan pendendam dan juga bukan pembual. Karena itu, aku tidak mahu hanya menonton saja ketika sejarah melesak dan dirobohkan ditempat ini. Seorang pembrontak sejati bukan dilahirkan manusia, tetapi dari rahim waktu dan vagina sejarah.