KUNANG-KUNANG TAK LAGI TERBANG


29
Kau melukaiku nisanak. Terlalu dalam. Baru pergi beberapa minggu saja, tiba-tiba segala sesuatunya berubah. Cinta yang tumbuh dalam sadar maupun ketidaksadaran kita selama ini, begitu mudah engkau sapu dalam sekejab mata.

Begitu cepat segala sesuatunya jadi berbeda. Bahkan sebelum akal budiku sempat menemukan simpul pangkalnya. Tau-tau kau sudah meluruk seperti kutuk, yang menghukum para pendosa.

Bukankah engkau yang dulu memulainya? Membangkitkan kepercayaanku yang roboh dan cidra. Mula-mula aku ragukan semua itu, tapi engkau gigih merayu. Aku berusaha lari, tapi engkau kepung aku. Aku melawan sekuat tenaga, malah kau tawan hatiku dengan pesona! Aku meronta sekuat tenaga, tapi teduh matamu menyihirku sampai gila. Tak ada yang dapat aku lakukan selain menyerah! Aku pasrah pada bibirmu yang basah. Pada peluk hangatmu yang selalu singgah. Rindu pun mendadak mengalir berlimpah-limpah, dan kau benamkan aku ke danau kasih sayang berulang-ulang, sampai aku tak lagi berfikir ada cara lain untuk bahagia.

Dadaku penuh sesak oleh cinta. Aku laksana gardu listrik yang akan meledak. Maka dengan berani aku mulai mencoret langit, mendesain awan, merakit masa depan. Aku ciptakan satu set dunia, komplit dengan perabotnya, dan sejak saat itu aku berhenti berpetualang.

Kubakar dan kutinggalkan perahu serta semua peta masa lalu di belakang. Kulupakan ada dunia lain di luar sana, karena engkaulah yang membuatku kini melayang.  Aku ingin menyelesaikan ziarah dengan gairah, sepanjang hayat di sampingmu seorang.

Maka aku berikan setiap keping hati yang kupunya kepadamu. Kuminta kepadamu menyimpannya sebagai harta.  Saat itu, tiada lagi ada di dunia ini yang kuinginkan, selain bersamamu sampai hidupku paripurna.  Tak ada lagi zat yang bisa kusebut lezat di jagat ini selain cintamu saja.

Aku rela berpusa agar engkau terjaga. Agar engkau selamat dan terhormat. Tak kupedulikan diriku terkapar karena lapar, berlari dalam gerimis menahan tangis karena tersiksa. Kepadamu, kupahatkan sebuah janji.  Aku bahkan rela menjadi pertapa, hingga waktu itu akan tiba. Karena aku teramat sangat menginginkanmu, berbahagia bersama mencapai moksa.

Tapi hari ini, dadaku telah terkoyak. Seluruh jagat mendadak rusak dan hilang keseimbangan. Janji dan sumpah tak lebih dari ludah basi bagimu. Mendadak kau telah mengangkat dirimu menjadi hakim pada persidangan yang tidak kuminta. Menjelma menjadi nabi, yang menumpangkan kitab suci di kepalaku sebagai tanda, mengutuk semua yang kukorbankan untukmu dan juga cinta. Tiba-tiba saja engkau telah menjadi wanita yang menerima peta jalan menuju surga dan aku hangus terbakar di neraka.

Hari ini, tanpa hati engkau menombakku menembus dada. Menggasakku layaknya seekor mangsa. Aku bahkan tak sempat melonglong ketika kau dera. Hari ini aku  hanyalah bangkai seekor anjing, yang dilemparkan ke tempat sampah oleh majikannya.

Di luar sana, seekor kunang-kunang jatuh tersungkur, sayapnya patah parah dan terluka. Ia  memang tak pernah bisa memberimu suluh seterang purnama. Bagaimana pun ia hanyalah kunang-kunang sederhana,  kunang-kunang yang berkeredap lemah di suatu malam tanpa perlu kau minta.  Kunang-kunang yang iklas menunjukanmu samar-samar sebuah peta. Dan pabila kini  engkau telah menemukan terang, ia pun kau buang pula. Tapi biarlah, biarlah saja. Toh ia tak perlu lagi terbang, karena kematian adalah cara terindahnya mencapai moksa.

 11.39 PM

Related Posts

Buaya Pontianak, Mejeng di Sarawak
Read more
Sepertiga Garuda
Read more