Pondok tempat keluarga Marni photo by Syamri Can |
Ada yang
langsung menelpon, ada juga yang hanya SMS, dan bahkan ada yang langsung ingin
mengirim sejumlah uang.
Aku
kelabakan mengakomodasi niat baik teman-teman, karena tadinya tidak terpikir
sejauh ini.
“Bang Mering, bolehkah saya ikut membantu Bu Marni? SMS Kiky Wuysang, wartawan photo Antara di Pontianak.
“Kalau mau
membantu, siapa yang harus kami hubungi,” kata Aris Munandar, wartawan Media
Indonesia, penerima Fellowship peliputan konferensi Climate Change tingkat dunia
di Peru yang baru saja pulang ke Pontianak.
SMS dan
chating di FB datang bertubi-tubi, bahkan dari rekan-rekan wartawan Jakarta dan
luar Kalimantan Barat. Seorang wartawan di Kuching, bertanya bisakah langsung
transfer via bank beberapa Ringgit untuk Bu Marni.
Kemarin sore,
beberapa teman tadi bertandang ke rumahku di Pontianak, selain untuk kunjungan
hari raya Natal, juga menanyakan langsung nasib kelurga Bu Marni. Termasuk Nano
Basuki, salah seorang sastrawan muda
Kalimantan Barat dan rombongannya.
“Bang,
izinkan saya menulis novel tentang Bu Marni dan keluarganya, judulnya bahkan sudah
saya persiapkan, yaitu Perempuan di
Ujung Tembawang,” kata Paul Tao Widodo, seorang novelis Kalimantan Barat
yang bertandang ke rumah ku tadi malam. Karya Paul yang cukup fenomenal adalah
Novel yang berjudul Republik Lanfang,
sebuah kisah tentang terbentuknya Republik
Pertama di Kalimantan Barat.
Paul bahkan ingin menyumbangkan hasil penjualan Novel Perempuan di Ujung Tembawang itu kelak kepada Bu Marni dan keluarganya.
Cucu Marni Photo by Syamri Can |
Aku menelpon
Bang Taher, Direktur SSS-Pundi Sumatera. Dia berterimakasih, atas aksi
teman-teman di Kalimantan. Kukatakan kepadanya, mungkin ini momentum untuk
mewujudkan apa disampaikan pak SujanaRoyat, bulan lalu di Festival Nagari Dhamasraya, yaitu mengajak sebanyak mungkin
orang-orang yang Peduli dan punya
perhatian pada masyarakat marginal, tersisih dan suku terasing seperti SukuAnak Dalam (SAD) yang kini sedang sekarat sosial.
“Saya sedang
menuju Jambi, saat berhenti di SPBU pertama saya akan mengirim nomor rekening
bank lembaga SSS-Pundi untuk menyalurkan bantuan,” kata bang Taher saat saya
telepon sehari sebelumnya.
SSS-Pundi
Sumatera adalah lembaga yang cukup berpengalaman mendampingi kelompok SAD di
Jambi dan Sumatera Barat. Tahun 2015, SSS Pundi
telah membuat program pendampingan dan penguatan kepada SAD di
Dhamsraya, termasuk keluarga bu Marni. dengan skema program PNPM Peduli.
Sementara itu, Syamri Ican seorang fasilitator SSS-Pundi Sumatera yang baru saja pulang mengunjungi Bu Marni di hutan, mengirim sejumlah photo. Syamri berjanji akan memberikan data terbaru dan dia sudah mempublikasian foto-foto itu di FB.
Tentu saja
masih banyak komunitas dan Marni-Marni lain di republik ini yang luput dari perhatian
kita, termasuk warga suku terasing di Kalimantan Barat yang belum diterokai.
Setelah para
wartawan dan sastrawan-sastrawan muda itu pulang, aku masih termanggu sendiri di ruang tamu
sambil menatap gerimis. Bulir-bulir air
yang turun terus menetes di luar jendela,
walau pun sangat kecil dan halus tapi karena tak putus-putusnya, ia nampak
seperti temali pelangi, yang memantulkan sinar mercury di beranda rumah, menjadi
para cahaya, sindikasi hujan yang
menghidupkan kembali benih di tanah gersang, menjelma menjadi sungai, danau dan
laut yang menjadi sumber kehidupan semua mahluk.