Dongeng Negara dari Sebuah Meja



By Wisnu Pamungkas

Bisakah engkau tidak pergi? Temani aku sebentar di café tua ini, menikmati gerimis
Ada dua hal yang ingin kukatakan kepadamu sebagai teman, pemegang passport hijau dari sebuah negeri yang sedang sakit

Pertama, tinggalah disini walau jarang ada nasi, sebab Enstein pun tiada harganya di negeri kita, selain hanya jadi gelandangan atau masuk penjara karena tidak seagama dan satu darah

Aku pasti akan mengingatmu, tak peduli apa kata orang-orang tentang rasa kebangsaan,
Karena  berjuang untuk tanah air toh tak harus menjadi bupati atau anggota dewan?

Bisakah engkau menanti sebentar saja, karena cangkir kopi ini belum lagi tandas, dan sakit hati ini telah tercemplung ke dalam gelas

Yang kedua, jadilah apa saja disini, asal jangan jadi pencuri
sebab itulah yang membuat negeri kita lapuk, dan setiap anak-anak yang lahir terbelit hutang sampai ke liang lahat

Jadilah apa saja, sebab tiap usaha disini ada harganya,
dan itu akan membuat fikiranmu sekuat Muhamad Ali.

Biarlah aku yang pulang, mengantar ajal yang memang sudah tak panjang

: Sebelas saudara kita mati tadi pagi di Wamena, para pukimak itulah yang menembaknya. Dan percayalah kawan, negara akan segera menyematkan mendali  penghargaan untuk para pembunuh

Itu saja yang mau aku katakan, sebelum gerimis ini menjelma hujan
sebelum aku bertolak ke bandara, men-cap passport hijau ini
dengan dongeng omong kosong sebuah negara

New York, 2012
Copyright © Alexander Mering


Post a Comment

Thank you*

Related Posts

Buaya Pontianak, Mejeng di Sarawak
Read more
Sepertiga Garuda
Read more