Photo by Mering |
Wisnu Pamungkas
Bapa, kemana buaya-buaya kita setelah rawa menjadi buta
Menengadah pada negeri yang mengirim hujan dari langit dusta
walau mama-mama terus saja menari untuk menyempurnakan cinta?
Bapa, kemana pohon-pohon sagu kita, setelah hutan-hutan
dibuka
Menjadi supermarket dan lapak dimana anak-anak hanya menjadi
jongos
Bermain judi dan minum arak untuk melupakan derita
Otire Bapa, bahkan musim angin tak lagi
mengirim gelombang
Untuk pengayuh memanggil perahu dalam khusuk sholat
Untuk mengingat tanah air
tempat menumpahkan air mata
Kilometer Delapan Sorong, 11 Pebruari 2016
Copyright © Alexander Mering