Bumbung atap rumah warga Baduy Luar di Kanekes. Photo Alexander Merinng |
By Wisnu Pamungkas
Kalau bukan karena bulan,
sudah lama kubekuk pungguk
kuterbangkan juga sepasukan belalang,
dengan benang dan jarum sepucuk
Tapi hidup macam apakah yang akan kita jalani
tanpa rindu terucap, bahkan surat sepucuk?
Maka malam meminta kepada gelap,
menyempurnakan setiap cahaya
Jagad yang
diperebutkan
sejak raja Pajajaran masih berdiri tegap
Dan para hulu balang dilarang pulang,
terus melarung di sungai kunang-kunang
menuju gaib bintang yang selalu berkerdip di hutan dadap
Kanekes, adalah pusar
kepada akar yang menjulur dari pucuk
tapi seperti pungguk,
aku memang ditakdirkan sesunguk
Juga sebab bulan telah kembung,
setelah kau melemparkan picung* ke dalam jarog**
Akan kumohon lagi kepada Puun merapal mantra
mengobati dirimu dan garuda tua yang sedang mabuk
Kadu Ketuk, 30 Mei 2016
* Picung (bahasa Sunda) di beberapa tempat di
nusantara disebut juga buah kepayang
atau keluak. Nama latinya adalah Pangium edule Reinw. ex Blume; suku Achariaceae, dulu
dimasukkan dalam Flacourtiaceae. Pemeo
lama mengatakan mereka yang sedang kamasmaran bak orang yang sedang mabuk
kepayang
** Jarog adalah tas dari anyaman kulit kayu, khas
Masyarakat Baduy
Copyright © Alexander Mering