Tuan Garuda, setelah 72 tahun merdeka
mengapa mereka yang kau sebut saudara
mendustai kami sedemikian luka
tak hanya sudah merampas dan merampok hutan dan tanah kami
tapi mereka juga mengincar ibu dan anak perempuan kami di
kampung
udara dan sungai-sungai kami telah diracun
dan kami tak berkutik, ketika mereka datang dari seberang
lautan
membawa pemuka agama dan berkapal-kapal pasukan
untuk mencela kami kafir dan menggertak, memaksa kami
bertobat
seakan-akan kamilah yang berbuat dosa, kamilah pencuri
yang terkepung di kota mereka yang sejarahnya berlumuran
darah
Tuan Garuda, setelah 72 tahun merdeka
sejak kau minta kami sebut mereka saudara
datang menumpang di rumah-rumah betang kami yang sederhana
kedamaian pun terengut dari kehidupan
kami yang dulu minum dari mata air yang sama,
yang berjemur di bawah matahari yang sama,
dan menghirup udara yang sama
kini menjadi tak lagi mengerti kasih sayang, apalagi cinta
di media massa, setiap hari ibu menggoreng kelamin ayah
atau sebaliknya,
anak-anak menggorok leher gurunya di sekolah
mereka merapal jampi teologi mematikan, dan
para remaja kampung menjadi gila,
menuliskan cita-citanya dengan darah
membeli tiket ke surga dengan harga murah
lewat calo-calo dan
para pengkotbah
Tuan Garuda, katakan kepada kami
pada hari ini, kemana janjimu dulu yang begitu megah?
Kalibata, 10 April 2017
Copyright © Alexander Mering