ilustrasi 5 cahaya yang saling terikat |
Di perut langit Jakarta,
“Sebentar lagi aku harus pulang,
cukuplah jika kuantar dia sampai ke gerbang
tak bisa lagi aku menunggu cahaya kedua,
kasihan ibu menangis sembunyi-sembunyi di belakang
dan kita semua akan lama berduka,
jika air matanya tak henti-hentinya jatuh menetes”.
Karena mengira suara itu berasal dari mimpi,
aku membuka mata sebelum mendarat di bumi
meniti lagi jembatan gaib percakapan
dan firasat yang pasti tidak sedang terlambat
untuk mengatakan kapan seharusnya engkau kembali
Setelah turun dari ketinggian 3000 kaki,
suaramu bersenyawa menjadi udara,
tak terdengar apa-apa lagi olehku
selain kepak sunyi yang menjelma sayap
“Nak, mengapa sangat tergesa-gesa engkau pulang?”
Lion Air (Pontianak-Soeta)
05 Agustus 2018