Melantik Xenofobik 1)

Jelai yang menjadi alat tukar purba by Kai Pilger

Aku terkejut dari tidur, dan langsung menatap ke pintu
Kupikir dirimu berdiri  menjelma di sana
Tetapi ternyata bahkan chat atau SMS pun tiada
Aku pun sadar bahwa aku menanti sesuatu yang sia-sia

Di luar hujan sederas peluru
Dua batang pohon jati di halaman basah dan terguncang
Kukira dirimulah yang berteduh di situ
tetapi bahkan percakapan pun semakin jarang,
tersadarlah aku bahwa rindu yang kutanggung untukmu selama ini sia-sia

Terlanjur kuberikan hatiku kepadamu
Beribu-ribu cawan perasaan sudah kutuang
sajak yang menggelegak dari sumur-sumur jiwaku
Dan kau siuman, tertawa meneguk bertahun-tahun lamanya
Tapi seakan-akan kau phobia tak merasa
Maka tersadarlah aku, cinta yang kuberikan kepadamu adalah kesia-siaan

Kugenggam selendang bambu,
berkubik-kubik air mata kutuang di situ
berharap dengan demikian derita dan bisa ikut terhanyut
lalu aku akan tabah menerima luka
Tapi ternyata apa gunanya setia dan menangis
kalau kau tak peduli dan merasa, maka sia-sialah derita

Kulayari laut
Semua pelabuhan telah kulupakan selain gelombang
hanya engkaulah pulau tujuan. Dan kukira dirimu menungguku di sana
membentangan tangan, akan memelukku dengan rindu
Tapi ternyata kamu hanyalah sila2)
yang bahkan tak memahami kesetiaan seorang budak
Maka musnahlah harapan, dan sia-sialah cinta

Terbanglah serombongan kunang-kunang malam itu
mengeluarkan aku dari kepungan cahaya
Kulihat engkau ada di ujung jalan
Bergegas memasang sayap untuk pergi
Dan tersadarlah aku, bahwa cinta adalah sistem kepercayaan yang sia-sia
Kasih sayang paling tahi kucing sedunia.

Kalibata, 18 November 2018




1) Perasaan benci (takut, waswas) terhadap orang asing atau sesuatu yang belum dikenal; kebencian pada yang serba asing
2) Adalah ukuran untuk takaran uang jelai Sumer, yaitu jenis uang pertama dalam sejarah umat manusia, 3000 SM.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url