Di Kupang, orang-orang tak lagi hidup bersama kunang-kunang, anak-anak mondar mandir keluar masuk pesisir, membawa cerita yang ditiupkan angin, dan memasang papan nama seperti mencetak kartu undangan
Di Kupang, orang-orang sudah melupakan kunang-kunang, sisa benteng para maling yang menghias tebing, meski senja masih sama saja, menerbitkan rasa sakit dan cinta lama, mengenang palka dan sihir sayap garuda, ketika para bajak laut menjelma menjadi malaikat
(Dari lantai dansa ayah mengingat surat cinta ibu yang berbau mesiu, sebelum mereka membawa janjinya ke gereja untuk mengikat sumpah)
Kupang bukanlah sarang kunang-kunang, karena cahaya dan gelombang menyeret-nyeret ayah pulang, meski bukan ke rumah yang sama, di tempat ibu dan prajurit itu sering bertemu dari dulu, berbagi mesiu di luar nikah
Kupang bukanlah sarang kunang-kunang, meski juga ada lampu-lampu, yang mengalir dari cemburu dan ayah pergi menjadi camar yang bertukar sayap dengan kupu-kupu
Kupang bukanlah sarang kunang-kunang
Pelabuhan Ikan Oeba, 12 Desember 2015