Ilustrasi by Mering |
Ketika ombak bergerak menuju teluk itu,
aku melihatmu berjingkat-jingkat di atas batu,
menenteng sepotong puisi dan kata-kata rindu
Camar dan senja yang datang entah darimana
menyongsongmu ke pantai,
menggelar tikar di atas kelakarmu
yang keras tapi mangkus
Oh ya, kau sepertinya lupa
Betapa angin ingin memberimu kecupan,
berjanji semalam lagi di Jogja dan ke angkringan
yang berjarak hanya 2 jam dari tempatmu minum juice
kau juga lupa
berapa lama batu karang itu terpanggang,
ditumbuhi lumut dan berkerak,
sedangkan lokan tak selalu datang
menemanimu menulis sajak
Pasir-pasir menjadi jingga,
bercampur debu sejarah dan mitos-mitos lama
tentang seorang putri cantik yang murka,
menjadi tsunami yang melahap darat,
menciptakan tempat-tempat keramat baru
di setiap jengkal bumi tanah Jawa.
Seharusnya tertulis juga riwayat tentang perahu
seorang penyair yang karam di lautan kata-kata,
tumpas dalam badai amuk gelombang makna
dan tsunami akal yang terdampar di teluk
O, betapa ingin aku seperti dirimu,
berjingkat-jingkat di pantai itu,
menulis sajak rindu, melukis perahu kertas
yang membawaku berlayar menjadi Sinbad
De Rocka, Mei 2024