GA TAU NEH………!!!


JENIS : NOVEL
TEBAL: VI + 200 Halaman
PENERBIT: Kitara
PENGARANG: Isma Resti Pratiwi
PERESENSI: Wisnu Pamungkas
DITERBITKAN: 5 Agustus 2007



Dua remaja tiba-tiba nongol di kantorku. Salah seorang menenteng amplop warna coklat berisi undangan penuh tulisan, yang seorang lagi merogoh tas yang dibawanya.
“Kami ada gawai dan mengundang abang datang?”
“Udangan apa tu?”
“Launching Novel di Toko Gramedia.”
“Mantap! Hmm, novel siapa?”
“Ini novel, karya buda’ Pontianak bang?”
AKU terlonjak. Mataku langsung hinggap di buku Merah Jambu bergambar gadis dengan sudut mata agak sipit. Sepintas mirip buku komik Jepang.
Seminggu aku tenggelam dalam novel itu. Tertawa cekikikan bersama Avel, siswi kelas XI IPS 1 yang kocak dan unik, Avel yang iseng, konyol tapi juga cerdas. Kalau lagi kumat kadang bertingkah katrok (kampungan). Nah, paling parah kalau ia sedang menghadapi masalah, otaknya bisa tiba-tiba hang kayak komputer kena listrik tegangan rendah, tulalit deh dan ikut-ikutan Didi teman sekelasnya yang bolot. Contoh nih saat dia dan Sahabat karibnya, Shanti selisih faham. Katrok-nya kambuh dengan membaca puisi sangsotnya untuk Shanti yang tak kunjung sembuh merajuk (hl 84). Norak banget tau! Tapi ketika bertindak pewarta yang ditunggu-tunggu tiap pagi oleh teman sekelasnya, Avel terlihat sangat cerdas. Dia berlagak bak seorang telik sandi sekaligus wartawan walau tanpa koran. Karena dialah yang paling tahu gosip di luar sana, yang bahkan belum pernah mampir ke telinga pembaca.
Padahal aku sudah tidak muda lagi, umur saja sudah kepala tiga, tapi membaca Novel 200 halaman karya Isma Resti Pratiwi ini membuat kita ingin kembali jingkrak-jingkrak, menggoda bu melati, guru bahasa Inggris yang cantik, hingga bahasa Inggrisnya kacau bilau. “Oh no, oh no, oh no, my name is nono, eh…mm sorry…sorry, my name is Melati (26),” kata Bu Melati gagap dan panik. Kasihan kan bu Melati..dikerjain anak-anak. Atau ketemu Pak Dana, guru Biologi berjuluk Mr. Kesatria Baja Hitam yang cadel dan cerewet sehingga jadi bulan-bulanan Avel (hl 41).
“Kamu tidak menghalgai saya ya,…kamu malah pacalan di situ!” suatu hari hingga membangkitkan sifat iseng Avel.
Serasa ada sesuatu yang tertinggal di belakang dan kita rindukan lagi jika membaca novel Isma meski bahasanya gaul (?) dan ilustrasinya Jepang banget. Ada sesuatu dalam diri kita yang terasa dicongkel-congkel, ingin segera melompat dan bergabung bersama siswa-siswi Kelas XI IPS 1 yang dibangun Isma dalam imajinasinya meski kadang kala kelas tersebut kerap mirip pasar ikan hingga sempat membuat shock guru Melati.
Ada pertualangan, ada persahabatan, cemburu, persaingan hingga muncul kata “Ga Tau Neeh…!!!” ciptaan Avel untuk menyaingi “meneketehe!!!!”. Ada juga tawa, tangis dan cinta ala ABG. Semua diaduk-aduk Isma menjadi sebuah adonan kisah yang membuat kita ingin makan bakso bersama Avel dan teman sekelasnya! Cerita yang benar-benar wuuueenak dan renyah dibaca. Avel, Shanti, Abe, Niko, Ndut dan lainnya memang bukan teman Lupus dan Lulu made in Boim Lebon, Hilman Hariwijaya. Bahkan dapat dipastikan mereka belum pernah berjumpa di novel mana pun. Tapi kocaknya tak ada yang salah dan kalah menggelitik.
Total jenderal, buku ini memang istimewa. Teristimewa lagi karena Isma, pengarangnya adalah remaja yang masih sangat muda, baru 14 dan masih duduk di bangku sekolah SMtN 1 Pontianak. Meski cuma seorang buda’ pontianak, tapi Isma belia telah berjaya menulis sebuah novel remaja yang mutunya tak kalah dari karya penulis nasional.
Karena itu pula aku tak ragu menerima novel itu dari tangan dua remaja yang nongol ke kantorku minggu lalu, yaitu Hatta BK (penerbit Kitara Creativision) dan Akilbudi Patriawan yang ternyata illustrator novel tersebut. He…he…pantas tampangnya juga rada-rada mirip Abe yang diilustrasikannya dalam komik tersebut!
Karena itu siapa pun anda, orang tua, eksekutif muda, pengangguran, pelajar atau pun mahasiswa, jika tidak membacanya, maka anda tidak akan pernah bertemu dunia remaja segurih di novel ini.
Lantaran novel ini baru dilemparkan ke pasaran setelah launching di Toko Gramedia, A.Yani Mal Pontianak, pukul 13.00 siang ini, maka tampaknya Anda harus buruan supaya tetap kebagian. (publish in Borneo Tribune, 5 Agustus 2007)
Next Post Previous Post
5 Comments
  • Anonymous
    Anonymous August 12, 2007 at 8:50 AM

    di postingan engga ada juduknya ya..mau ke gramed neeh mumpung minggu...mau nyoba seberapa garing....salam kenal

  • Alexander Mering
    Alexander Mering August 12, 2007 at 1:23 PM

    terima kasih ya, siapa pun KhamShe yg telah sudi membaca tulisan aku...tidak ada ruginya membaca...sebab dg membaca seseorang memiliki hidupnya dengan sadar...he...he..

  • Anonymous
    Anonymous August 15, 2007 at 11:39 AM

    SUDAH SAATNYA KALBAR BISA MENAMPUNG PARA PENULIS LOKAL SIAPAPUN SEPERTI BANG WISNU INI SEMOGA NIAT BAIK ANDA MENJADI PAHALA DI MATA TUHAN YME.

  • Dini Haiti Zulfany
    Dini Haiti Zulfany August 20, 2007 at 5:57 PM

    hmmm, saya belum baca novelnya. Anyway, Isma sang penulis novel ini mau ga mau ya adek kelas saya, walopun ga pernah ketemu satu sekolah secaranya saya tamat dari sekolah tercinta itu udah lama banged. Tapi, dia juga temennya adek saya, dan sering cerita2 juga di rumah. lumayan laaa. yang punya novelnya sapa? mau minjemin saya ngga? :D

  • Alexander Mering
    Alexander Mering August 20, 2007 at 6:17 PM

    Dienzee... bleh langsung ke Gramedia atau hubungi Kitara Creativision. Aku sendiri baru ketemu sekali dengan penulisnya, tapi dia punya bakat yang menurutku luar biasa

Add Comment
comment url