Negara Kelamin





Ibu memproklamasikan kelamin Ayah sebagai negara baru
Ayah tak berkutik dan menyerah, 
walau ia marah karena tiada pilihan

Tiada yang salah pada hubungan mereka, 
tapi Ibu mengira telah menjadi pahlawan 
ketika berhasil menyesah Ayah di ranjang perkawainan
Menciptakan khayalan terhadap persetubuhan
Menelan lelaki itu mentah-mentah sebagai santapan

Ayah tiada mengira kejantannya bisa menjadi negara, 
tetapi akhirnya ia terpaksa berbagi wilayah dengan wanita itu
Membuat sempadan dari tirai, membaca proklamasi sendiri-sendiri di tapal batas
Sebenarnya mereka dahulu sama-sama serdadu sebelum perang ini pecah
Sebelum pahlawan menjadi kebutuhan untuk permainan 

Ibu memang pernah menaruh dendam pada Ayah, begitu pula Ayah. 
Mereka pernah berseteru walau tanpa pertumpahan darah. 

Hom pilahom pimpah!

Sejak saat itu negara ini terpecah-pecah,
Negara sakinah hanya iklan saat kampanye dilakukan
Lagi pun sejak itu Ibu dan Ayah merasa tak perlu lagi menikah

Hom pilahom pimpah!



Di salah satu Sudut Negeriku,
Tanjung Hulu, 26 September 2005


Artikal terkait: Republik Warung Kopi
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url